.

Monday, September 9, 2019

PERAHU YANG TAK PERNAH MEMBUANG SAUH


Duhai yang merahasia, barangkali hanya ranum bunga jati
Dan guguran daun-daun trembesi yang bisa menafsiri
Seluruh deru dan gemuruh rasa yang ditsunami sunyi
Ketika rindu menggempa, menggetarkan tanjung hati

Duhai yang merahasia, mengapa tempias hujan pamungkas
Dari celah-celah jendela renta di timur belakang rumah
Menderas ke lembah  jiwa terdalam yang kian cemas
Bikin kangen yang tiada berperi istikomah membasah

Duhai yang merahasia, memang aneh sebuah kisah tanpa prolog
Namun lebih aneh lagi seumpama kisah itu tak pernah berepilog
Hingga Madinah van Java hiruk oleh anggrek merah jambu
Bergelantungan dan menjalar pada pilar-pilar relung kalbu

Duhai yang merahasia, pada akhirnya, ditandai guguran sajak
Pada sekian jalan, tikungan, tanjakan, pertigaan, dan perempatan
Sebelum seluruh latar dan alur menyempurnakan jejak
Perahu yang tak pernah membuang sauh di pelabuhan

pun segera kembali  menjarak

 : Melayari bentangan hening lautan
   Perasaannya sendiri yang rawan

Temboro, 2017

Photo by Craig Cameron on Unsplash

No comments:

Post a Comment

About

authorAssalamualaikum, nama saya Syukur A. Mirhan. Sekarang ini saya tinggal di Temboro, tautan sosial media di bawah ini.
Learn More →



QUOTES

“Pada akhirnya Cinta, Bukan kata Adalah” ― Syukur A. Mirhan