PERAHU YANG TAK PERNAH MEMBUANG SAUH
Dan guguran daun-daun trembesi yang bisa menafsiri
Seluruh deru dan gemuruh rasa yang ditsunami sunyi
Ketika rindu menggempa, menggetarkan tanjung hati
Duhai yang merahasia, mengapa tempias hujan pamungkas
Dari celah-celah jendela renta di timur belakang rumah
Menderas ke lembah jiwa terdalam yang kian cemas
Bikin kangen yang tiada berperi istikomah membasah
Duhai yang merahasia, memang aneh sebuah kisah tanpa prolog
Namun lebih aneh lagi seumpama kisah itu tak pernah berepilog
Hingga Madinah van Java hiruk oleh anggrek merah jambu
Bergelantungan dan menjalar pada pilar-pilar relung kalbu
Duhai yang merahasia, pada akhirnya, ditandai guguran sajak
Pada sekian jalan, tikungan, tanjakan, pertigaan, dan perempatan
Sebelum seluruh latar dan alur menyempurnakan jejak
Perahu yang tak pernah membuang sauh di pelabuhan
pun segera kembali menjarak
: Melayari bentangan hening lautan
Perasaannya sendiri yang rawan
Temboro, 2017
Photo by Craig Cameron on Unsplash |
No comments:
Post a Comment